MusikReportase

Satu + Tiga Hari Patara Fest

Penampilan The Sigit

Satu hal yang saya benci dari Fabriek Bloc adalah jarak. Fabriek berlokasi di utara Kota Padang, tepatnya Tabing. Sedangkan saya masih membujang di rumah orang tua, Gaduik, yang ucap beberapa kawan lebih dekat ke Solok daripada pusat Kota Padang. Gunung dan pantai, hulu ke hilir. Bak menekuk ruang dan waktu seperti di Interstellar dalam perjalanan menuju Gargantua melalui wormhole, saya menghadiri Patara Fest yang dijadwalkan selama tiga hari berturut-turut yaitu 4-5-6 Agustus 2023, ditambah Patara Gigs, semacam pre-event Patara Fest yang lebih dulu digelar pada tanggal 2 Agustus.

***

Main event Patara Fest yang dihelat di Fabriek Live House, diisi total 17 musisi baik lokal dan nasional. Para musisi didatangkan untuk menjajal bangunan bekas gudang berukuran kurang lebih 30mx15m yang disulap menjadi ruang serba bisa, bisa untuk helatan event musik, bisa untuk standup comedy, bisa untuk fashion show, bisa untuk shooting iklan atau film, serta bisa untuk event kampus ataupun pensi-pensi sekolah. Untuk event musik sendiri venue indoor tersebut mampu menampung sekitar 500 orang yang sudah dilengkapi peredam suara di sekeliling ruangan untuk memaksimalkan kualitas sound guna memberikan pengalaman nonton konser yang maksimal bagi para penggemar yang ingin menyaksikan musisi kesayangan mereka manggung. Selain itu fasilitas pendukung lainnya seperti unit AC dan toilet di dalam venue yang memastikan kenyamanan para penggemar yang hadir.

Kendati telah beroperasi selama kurang lebih satu tahun, Fabriek Bloc baru melaksanakan grand opening dengan dilangsungkannya Patara Fest. Seperti yang disebutkan oleh Bang Vyndo selaku Project Manager Fabriek Bloc setelah saya temui di HQ Fabriek Bloc “memang kita grand opening cukup telat, setelah hampir satu tahun kita baru bikin. Grand opening kita pun bukan acara yang besar, tetapi melalui acara ini kita ingin memperlihatkan bahwasanya kita di Sumatera masih punya semangat yang besar dalam membangun ekosistem musik dan entertainment, dan Live House merupakan salah satu kekuatan kita dengan memberikan standarisasi venue yang well proper.

Sebagaimana musik yang telah menjadi DNA dari M Bloc Group, Fabriek Bloc juga menjadikan hal tersebut sebagai pedoman serta menjadi motor tempat bertemunya para pelaku industri kreatif, tambah Bang Vindo.

Saya tidak menemukan alasan yang jelas kenapa grand opening dilaksanakan setelat itu, sedikit menduga hal ini sebab Fabriek Live House yang baru saja rampung dipugar. Tetapi apapun alasannya kita patut bersyukur karena di kota ini, tidak banyak yang mau dan berani berinvestasi sebesar itu dalam industri kreatif.

Patara Fest

The S.I.G.I.T dipercaya menjadi special performances Patara Fest. Membuat event grand opening Fabriek Bloc ini jadi panggung pertama unit rock asal Bandung tersebut setelah pengumuman formasi baru mereka barubaru ini. Posisi bassist yang sebelumnya ditinggal Adit Kumis, kini diisi oleh Aghan Sudrajat yang juga bassist dari Monkey to Millionaire. Absar Lebeh yang selama ini menemani penampilan panggung The S.I.G.I.T juga dikukuhkan menjadi gitaris baru band kesayangan Insurgent Army tersebut.

Makin terasa spesial bagi Absar setelah resmi menjadi gitaris The S.I.G.I.T dapat tampil langsung di kampung halamannya, mengingat pria gondrong yang juga skater profesional tersebut berasal dan lahir di Kota Padang. Secara keseluruhan, ini merupakan penampilan ketiga Rekti dkk di Kota Padang setelah sebelumnya pernah menyambangi Padang pada tahun 2015 dan 2019.

Dengan formasi baru ini, Rekti Yoewono (Vokal/Gitar), Farri Icksan (Gitar), Donar Armando (Drum), Absar Lebeh (Gitar), dan Aghan Sudrajat (Bass), The S.I.G.I.T dijadwalkan tampil pada hari ke 2 Patara Fest bersama solois jebolan Evoria 10 Brian Rahmattio, dan unit punk asal Padang Panjang Jimmy Bulldog, serta The Pestol.

***

Cognition dan Black Summer menjadi dua lagu pembuka untuk menyapa Insurgent Army yang telah lama menantikan The S.I.G.I.T tampil kembali di Padang. Dua lagu yang masuk dalam album Detourn (2013) ini disambut dengan headbang tipis-tipis dari crowd yang sebelumnya juga telah dipanasi oleh penampilan punk rock The Pestol. Lagu-lagu dari album Detourn mendominasi penampilan The S.I.G.I.T kali ini. Total dari 12 lagu yang dibawakan delapan di antaranya dari Detourn, seperti Ring of Fire, Tired Eyes, Detourne, Let The Right One in, Gate of 15thdan Conundrum. Sedangkan Album Visible Idea of Perfection (2006) menyumbangkan tiga lagu di antaranya Alright, All The Time, dan Black Amplifier, serta tambahan single yang rilis pada tahun 2020 lalu, Another Day.

Rekti tampil sangat enerjik dan ekspresif terutama pada lagu-lagu yang membutuhkan vokal penuh teriakan seperti Black Amplifier, Tired Eyes, dan Gate of 15th. Lagu lagu seperti Detourne, Conundrum, dan Another Day menjadi ajang Farri dan Absar untuk pamer kemampuan gitar mereka dengan permainan riff-riff cepat, tempo naik turun, dan distorsi menggelegar khas The S.I.G.I.T yang dipadukan sempurna dengan dentuman drum dan instrumen bass oleh Donar dan Aghan. Sedangkan All The Time menjadi milik penonton, satu-satunya lagu cinta yang dibawakan malam itu yang disambut sing a long sepenuh hati. Seperti biasa, sebagai band yang perfeksionis, aksi panggung The S.I.G.I.T tampak begitu sempurna.

Line up Patara Fest kali ini memang merupakan panggungnya band-band keras lokal dengan beragam gaya musik, baik band yang telah lama malang melintang maupun yang muncul lebih belakangan. Sebut saja Ghostbusters dan The Pestol, band yang ikut membentuk masa-masa awal gerakan kontra budaya di Padang yang akhir-akhir ini kembali turut memanaskan skena musik Sumatera Barat setelah cukup lama menghilang.

Tak ketinggalan band-band thrash metal seperti Kritisk dan Raze. (Untuk Raze sendiri sudah pernah kami ulas pada artikel, lihat di sini). Serta newcomers serupa Divine Cvlt yang memainkan metalcore, Norbit dengan deathmetalnya, unit melodic hardcore Left Behind, Jimmy Bulldog yang memainkan punk, serta Manhorse yang mengusung alternative rock.

Ketika band-band lainnya didominasi oleh vokalis laki-laki, Vexed dan De Train To Jupiter berhasil jadi pembeda dengan vokal cewek yang memberi warna tersendiri bagi musik mereka. Sedangkan Brian Rahmattio menjadi satu-satunya musisi yang memainkan musik pop.

Tak hanya lokal, Patara Fest juga diramaikan oleh band-band luar Sumatera Barat, sebut saja seperti Fingerprint, band Hardcore asal Medan yang sudah terbentuk sejak 2005. Modern Guns, unit melodic hardcore punk berasal dari Depok, dan Good Enough pengusung pop punk dari Bogor.

Selebrasi Kehidupan menjadi jawaban dari teka teki terkait album baru Ghostbuster. Ini adalah single baru yang mungkin saja mewakili materi untuk album baru mereka nanti setelah merilis Recycle Your Life lebih dari satu dekade lalu.

Selain lagu-lagu segar, beberapa trek cover juga terdengar mengudara. Ini mungkin jadi jalan cepat bagi para penampil untuk mengajak para penonton sing a long. Atau bisa jadi hal ini merupakan bentuk apresiasi bagi musisi yang meng-influence mereka.

The Pestol mencover beberapa lagu Ramones untuk mengisi setlist mereka yang membuat crowd makin bersemangat. Tidak ada bocoran terkait album atau single baru, masih dengan setlist yang biasa mereka bawakan.

Hal serupa juga dilakukan Manhorse yang memasukkan Reptilia dalam setlistnya. Tembang populer milik The Strokes yang ditulis Julian Cassablancas tersebut berhasil membuat penonton bernyanyi bersama. Analog City jadi lagu penutup dari penampilan Manhorse.

Menyematkan MV pada single yang dirilis tahun lalu ini jadi cara mereka untuk memasarkan single terbarunya. Dari MVnya, lagu yang  meromantisasi kehidupan anak muda kelas menengah atas di kota yang akan tenggelam ini mendapatkan atensi bagus dari para penonton yang terlihat ikut menyanyikannya bersama-sama.

Di samping musik-musikan, rangkaian acara Patara Fest juga diisi dengan sharing session bersama Hadi Andrean dengan tema “Kekuatan Artwork Terhadap Brand dan Merchandise Band”, ada Live mural, dan diramaikan pula dengan tennant-tennant yang diisi oleh produk-produk dari brand lokal. Perjalanan panjang empat hari bolak-balik Gaduik ke Tabing rasanya terbayar memuaskan.

***

Dengan hadirnya Fabriek Live House, kita tinggal menagih janji Bang Vindo yang menyebutkan pada saya bahwa minimal sebulan sekali Fabriek Bloc akan melangsungkan kegiatan kreatif lintas bidang, baik itu musik atau kegiatan seni lainnya. Menarik sepertinya. Mari kita tunggu bersama. (*)

Related posts
Musik

Sewindu Merindu, Banda Neira Tumbuh dan Menjadi

Reportase

Tunduk Pada Tanah: Mengaliri yang Kering dengan Seni Pertunjukan

Reportase

Yang Tersuruk dan Terpuruk: Kisah Transpuan di Sumbar

Reportase

Suatu Siang di Senen Bersama Ihsan Puteh 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *