Pariaman tadanga langang, dek tabuik makonyo rami.
Lirik lagu itu ternyata benar adanya. Saya sudah buktikan sendiri saat mengikuti prosesi maambiak tanah bersama rumah Tabuik Subarang, Sabtu (30/7/2022).
Segala hal yang pertama atau pecah telor selalu meninggalkan kesan tersendiri dalam ingatan, seperti itu yang saya rasakan saat mengikuti prosesi maambiak tanah dalam rangkaian pembuatan Tabuik untuk Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022.
Maambiak tanah ini merupakan prosesi pertama dalam pembuatan Tabuik, pelaksanaannya berlangsung sehabis ashar pada 1 Muharam.
Prosesi maambiak tanah ini dilakukan oleh dua rumah Tabuik, yaitu rumah Tabuik Subarang dan rumah Tabuik Pasa. Pelaksanaannya berlangsung di dua tempat yaitu di Kelurahan Alai Galombang dan Desa Pauah Timur
Beruntung saja ekspetasi saya tidak terlalu besar sebelum mengikuti prosesi ini, karena banyak polemik sebelum pelaksanaan Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022 ini.
Namun di luar dugaan saya ternyata Tabuik adalah budaya turun menurun yang harus tetap dilestarikan oleh masyarakat Pariaman jadi tidak ada secuilpun rasa ogah-ogahan dalam melaksanakannya.
Beruntung sekali rasanya setelah 25 tahun tumbuh besar di Sumatera Barat, akhirnya bisa mengawal prosesi Hoyak Tabuik di Kota Pariaman.
Beberapa hari sebelum acara dimulai nostalgia Hoyak Tabuik sudah berseliweran di kadai tempat saya selalu membuang lelah sebelum istirahat malam.
Nostalgia dari para pengunjung kadai ini penuh rasa rindu, karena Hoyak Tabuik sempat vakum selama dua tahun akibat Pandemi Covid-19.
Ragam nostalgia itu saya kumpulkan dalam imajinasi, namun tidak ada harapan berlebih saya letakkan untuk Hoyak Tabuik tahun ini. Namun ternyata pelaksanaannya berlangsung sangat meriah, antusiasme masyarakat terlihat jelas saat prosesi pertama berlangsung, yaitu maambiak tanah.
Kebetulan saya hanya bisa mengikuti prosesi maambiak tanah ini dari rumah Tabuik subarang. Dimana rumah Tabuik subarang melaksanakan prosesi maambiak tanah dengan cara arak-arakan.
Arak-arakan ini berlangsung dari Simpang Sianik menuju Desa Pauh Timur, dalam arak-arakan ini terlihat banyak pemuda menggunakan baju merah dengan kerah berwarna abu-abu. Di belakang baju para pemuda itu tertulis anak nagari Tabuik subarang.
Beberapa dari pemuda tersebut memegang gandang tambua dan gandang tasa yang tidak berhenti ditabuh sepanjang jalan.
Pada bagian depan barisan para pemuda ini terdapat puluhan anak memegang bambu dengan panjang sekitar dua meter, di ujungnya terlihat bendera hitam dan putih serta lampu sumbu minyak dari kaleng susu.
Juga ada seorang anak laki-laki yang memegang nampan berisikan sabut kelapa dan ragam lainnya yang tidak detail saya perhatikan.
Lalu pada bagian depan sekali berjalan Tuo Tabuik Subarang serta niniak mamak Tabuik subarang. Panjang arak-arakan ini berkisar 100 meter lebih dan memakan lebih dari setengah badan jalan. Sehingga menimbulkan kemacetan yang justru tidak membuat pengendara marah, malah banyak pengendara berhenti sejenak untuk menikmatinya dan mengeluarkan telepon pintar mereka untuk update di sosial media.
Sepanjang jalan yang dilalui arakan ini, banyak masyarakat keluar dari rumah untuk melihat dan bergabung dalam arakan untuk mengikuti prosesi maambiak tanah ini.
Sesampai di lokasi prosesi di Batang pauah, desa Pauah Timur Kota Pariaman, terlihat kain putih sepanjang 15 meter terbentang hingga ke bibir Batang Pauah.
Arak-arakan yang sudah sampai di lokasi ini, mulai mengambil posisi. Para anak-anak yang membawa bendera dan lampu sumbu minyak dari kaleng susu berdiri dipinggir kain putih tersebut.
Lalu anak yang membawa nampan tersebut memberikannya pada seorang Tuo Tabuik, serta baru terlihat seorang pemuda menggunakan pakaian serba putih dengan Deta warna yang sama di kepalanya.
Setelah semua berada di posisi, prosesi maambiak tanah mulai berlangsung sekitar pukul 17.30 WIB. Pelaksanaannya dimulai dengan membakar sabut kelapa yang ada di atas nampan.
Setelah itu berlangsung doa dengan suasana kidmat. Barulah pemuda yang menggunakan baju serba putih tadi, dengan diiringi Tuo Tabuik yang membawa nampan, berjalan ke bibir Batang Pauah.
Mereka turun menggunakan tangga. Pemuda yang menggunakan pakaian serba putih itu masuk ke dalam air sekitar 5 menit untuk mengambil sebongkah tanah dan memasukannya dalam kain putih.
Selama prosesi ini berlangsung, beberapa kali kepala saya terbentur dengan bahu atau tangan masyarakat yang hendak merekam adegan sakral tersebut dengan telepon mereka. Selain itu beberapa kali kaki saya juga diinjak oleh anak-anak dan orang dewasa yang sangat antusias untuk tidak sedtikpun melewatkan prosesi ini.
Setelahnya kain putih tersebut diletakan di atas nampan dan kembali dibawa ke rumah Tabuik subarang untuk diletakan dalam daraga. Daraga merupakan tempat penyimpanan dan berlangsungnya kegiatan pembuatan Tabuik gadang di masing-masing rumah Tabuik.
Kemeriahan membawa tanah ke Daraga tersebut berlangsung sama seperti saat akan mengambilnya.
Menurut seorang Tuo Tabuik Subarang Nasrun Jon, prosesi maambiak tanah ini bermakna untuk menyadarkan manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Sedangkan pemuda yang menggunakan pakaian serba putih itu melambangkan kesucian.
Begitulah rangkaian kemeriahan porosesi pertama untuk membuat Tabuik. Dalam pelaksanaannya saya merasakan pengalaman spiritual, budaya, dan rasa rindu yang tak terjelaskan, bercampur aduk.
Semangat masyarakat dalam merawat Hoyak Tabuik sebagai budaya juga terlihat jelas dari percakapan sayup-sayu antara orang tua pada anak.
Ini baru bagian pertama dari prosesi Hoyak Tabuik. Selanjutnya akan ada prosesi maambiak batang pisang, maradai, maatam, maarak jari-jari, maarak saroban, Tabuik naiak pangkek, mahoyak TabuIk dan Tabuik dibuang ke laut.
Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2022 ini akan berlangsung selama 16 hari mulai 30 Juli 2022-14 Agustus 2022.
Acara puncaknya yaitu membuang Tabuik ke laut akan berlangsung pada 14 Agustus 2022 di pantai Gondoriah Kota Pariaman.
Selanjutnya giliran kalian untuk membuktikan kebenaran bait lagu tadi. Kalian bisa membandingkannya dengan hari biasa, akhir pekan atau libur hari nasional saat berada di Kota Pariaman. (*)
Editor: Luthfi Saputra.
Foto: Rahmat Panji.
Foto sampul tulisan ini memperlihatkan prosesi maambiak tanah di Batang pauah Desa Pauah Timur Kota Pariaman, Sabtu (30/7/2022), tanah tersebut diambil dan dibungkus menggunakan kain putih untuk dibawa ke daraga rumah Tabuik subarang untuk memulai pembuatan Tabuik.