Reportase

Kehidupan Kolektif di Tengah Arus Modernisasi

Masyarakat Minang telah dikenal dengan budaya gotong royongnya. Seperti kegiatan makan bajamba, yang dilakukan bersama setelah panen padi. Kemudian masyarakat Minang akan merayakannya secara bersama-sama sebagai bentuk rasa syukur. Masih banyak contoh kegiatan adat lainnya yang dikerjakan secara gotong-royong.
Kegiatan seperti ini merupakan wujud solidaritas masyarakat pedesaan. Apabila prinsip solidaritas telah terbangun, maka selanjutnya akan tercipta hubungan timbal balik yang positif dalam masyarakat. Konsep gotong royong mengandung nilai yang tinggi dan erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat agraris.

Pelaksanaan gotong royong dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu daerah dengan cara saling membantu dan menawarkan tenaga tanpa pamrih atau secara sukarela dan bersama-sama. Sehingga semua anggota masyarakat akan terlibat dalam melaksanakan sebuah kegiatan bersama.

Kubu Gadang merupakan sebuah nagari yang berada di Kelurahan Ikua Lubuak, Kota Padang Panjang. Kubu Gadang secara bahasa dapat diartikan “Benteng yang besar”, karena secara historis Kubu Gadang merupakan Benteng pertama menuju Padang Panjang, yang berguna untuk mencegah masuknya belanda ke Padang Panjang.

Meskipun Kubu Gadang berada pada wilayah kota, yang identik dengan modernitas dan kehidupan masyarakat yang cenderung individualis, namun hingga sekarang desa ini masih eksis dan bertahan dengan kehidupan masyarakat adat yang kental.

Mayoritas masyarakat Kubu Gadang bekerja sebagai petani. Namun pada saat pelaksaan kegiatan-kegiatan upacara adat akan dilakukan secara bergotong-royong. Hal tersebut dilakukan untuk melakukan pelestarian budaya yang masih dilakukan guna mencegahnya dari kepunahan.

Menurut salah satu tokoh adat Kubu Gadang-Datuak Sati Jufriadi- pada saat ini masyarakat Kubu Gadang dalam melaksanakan kegiatan adat, ataupun kegiatan sosial nagari masih dikerjakan secara gotong royong dan juga dalam pengembangan desa wisata yang sebelumnya dianggap mustahil dan dianggap ide gila oleh beberapa orang, hingga pada akhirnya kini hal tersebut telah terwujud berkat tekad dan semangat gotong royong oleh masyarakat, dan respon negatif dari beberapa orang dapat dijadikan sebagai cambuk penyemangat dalam membangun nagari.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh masyarakat sekitar yang saya temui, bahwa setiap panen sawah dilakukan secara bersama-sama, dan hasilnya akan dibagi juga dengan bersama-sama. Ini memperlihatkan bahwa walaupun berada di tengah-tengah modernitas dan masyarakat urban, Kubu gadang masih tetap mampu mempertahankan nilai-nilai leluhur dan menjaga budaya mereka. Kehidupan masyarakat minang yang terdahulu seperti masih bisa ditemukan di Kubu gadang.

Walaupun masih memegang tinggi nilai-nilai leluhur yang ada, Kubu Gadang tidak serta merta menjadi desa yang tertinggal. Kubu Gadang mampu beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi dan modernitas yang ada.

Melalui sosial media, kelompok sadar wisata Kubu Gadang terus mempromosikan desa mereka dengan tujuan menjadi salah satu destinasi wisata di Padang Panjang, bahkan Sumatera Barat. Desa wisata Kubu Gadang sendiri digagas dan dioperasikan oleh pemuda-pemuda Kubu Gadang secara kolektif, melalui kelompok sadar wisata. Kelompok ini berisikan berbagai elemen masyarakat yang ada di Kubu Gadang, seperti anak-anak, pemuda, dan orang dewasa. Di desa wisata Kubu Gadang, pengunjung bisa menyaksikan peragaan busana adat Minangkabau, pertunjukan pencak silat lanyah, dan menikmati wisata kuliner yang tersedia di pasar digital.

Semua itu dilakukan dengan memberdayakan masyarakat sekitar, seperti pemberdayaan anak-anak untuk pertunjukkan pencak silat lanyah dan ibu-ibu Kubu Gadang untuk dapat menjajakan kuliner mereka di pasar digital. Bentuk pemberdayaan lainnya, masyarakat juga terlibat untuk menyediakan penginapan (homestay) di desa wisata Kubu Gadang.

Tidak lupa dukungan dari pemerintah kota Padang Panjang sebagai fasilitator dalam mewujudkan desa wisata Kubu Gadang menjadi destinasi wisata. Dan peran pemuda yang kreatif dan inovatif serta semangat untuk membangun nagari mereka. Hal tersebut mampu membuat masyarakat Kubu Gadang tetap melestarikan adat dan budaya mereka, dan tentu juga tumbuhnya perekonomian masyarakat Kubu Gadang.

Saya melihat kehidupan masyarakat kolektif ditengah modernisasi seperti menemukan Oase ditengah padang pasir yang panas berdengkang. Kehidupan masyarakat kolektif atau gotong royong memperlihatkan nilai-nilai kebersamaan, persatuan, tolong menolong, dan kekeluargaan, yang terlihat semakin terkikis dalam masyarakat urban atau kota yang cenderung individualis atau mementingkan diri mereka sendiri. Kubu Gadang memperlihatkan bahwa perkembangan zaman tidak harus meninggalkan atau menghilangkan nilai-nilai luhur yang ada, akan tetapi mereka dapat disandingkan secara bersamaan, dan memberikan keuntungan secara ekonomi untuk masyarakat sekitar.

(Tulisan dibuat oleh Penulis pada saat berkunjung untuk melakukan observasi di Desa Wisata Kubu Gadang, Padang Panjang. Tanggal 2-4 Agustus 2019).

Editor: Hemi Lavour

Ilustrator: Talia Bara

Related posts
Reportase

Tunduk Pada Tanah: Mengaliri yang Kering dengan Seni Pertunjukan

Reportase

Yang Tersuruk dan Terpuruk: Kisah Transpuan di Sumbar

Reportase

Suatu Siang di Senen Bersama Ihsan Puteh 

Reportase

Menebas Jarak di Festival MenTari #3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *