Artikel

Pelarian, Periset, dan Pembaharu Bernama Bruce Lee

Seorang anak laki-laki berusia 18 tahun yang hidup di Hongkong diberangkatkan ayahnya ke Amerika karena nyawanya terancam: ia baru saja menghajar seorang anak polisi Inggris dan seorang pelaut asing hingga koma. Pada masa itu, Hongkong masih berada di bawah kontrol Inggris. Berbekal uang 100 dolar ia dinaikkan keatas kapal menuju negeri Paman Sam.

Saat itu, barangkali, tidak ada yang menyangka remaja pelarian tersebut akan menjadi salah satu sosok yang berpengaruh di dunia. Fotonya banyak dipajang di gym atlet bela diri kelas dunia. Namanya masih disebut-sebut hingga sekarang, kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya masih dikutip untuk berbagai campaign dan kepentingan. Salah satu yang cukup terkenal ialah “I fear not the man who practiced 10.000 kick once, but I fear the man who practiced one kick 10.000 times.

Nama anak tersebut adalah Bruce Lee. Bruce Lee lahir di San Fransisco pada tanggal 27 November 1940, yang menurut perhitungan primbon-nya Tionghoa adalah tahun Naga. Saat Lee dilahirkan, ayahnya Lee Hoi Chuen yang berprofesi sebagai aktor Opera Kanton sedang melakukan tur di kawasan pecinan kota New York. Dokter yang menolong kelahiran putra Hoi Chen lah yang memberikan nama Bruce Lee kepada putranya.

Mulanya, Hoi Chuen berniat untuk menjadikan Lee sebagai suksesornya di panggung opera. Namun ketika dunia film dilihat Hoi Chen lebih menjanjikan untuk Lee, Hoi Chen berubah pikiran. Lee diproyeksikan Hoi Chen untuk menjadi seorang aktor film. Untuk menunjang keaktoran Lee, Hoi Chen  mendaftarkannya pada sebuah sasaran Taichi Chuan—ilmu beladiri yang tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit, karena Hoi Chen menyadari film-film Hongkong tidak bisa luput dari adegan perkelahian. Sampai usia 18 tahun menjelang keberangkatannya ke Amerika, Lee sudah terlibat dalam 20 film di Hongkong.

Untuk menambah kemampuan ilmu bela diri Lee, ia diserahkan ayahnya ke sebuah perguruan Wing Chun. Perguruan tersebut dikelola oleh master Wing Chun, Yip Man. Selain untuk menunjang karir film Lee, alasan lain ayah Lee mendaftarkannya ke perguruan Wing Chun ialah karena pada tahun 50-an Hongkong tidak aman. Rentan terjadi kejahatandan tindakan kriminal, pada masa itu di Hongkong juga sering terjadi perkelahian antar geng.

Kemampuan Lee dalam ilmu bela diri terbukti memperlancar kariernya di bidang film. Namun di lain sisi, kemampuan bela dirinya juga menunjang pribadinya yang bengal yang gemar bertarung di jalanan. Hari-harinya tak pernah sepi dari pertarungan jalanan. Jika Lee mengalami kekalahan, ia menantang kembali orang yang telah mempecundanginya. Seiring meningkatnya kemampuan kungfunya, Lee tidak pernah lagi mengalami kekalahan saat bertarung di jalanan.

Lee sering mencatat rekor-rekor kemenangannya di jalanan. Bahkan ketika diwawancarai setelah namanya mendunia, ianampak begitu antusias menceritakan petualangannya di jalanan, ia masih ingat catatan rekor street fighting-nya. “Ada dua pertarungan yang sampai sekarang aku ingat. Pertama pada tanggal 29 Maret 1958. Yaitu pertarunganku melawan Garie Elm, pemegang rekor juara tiga kali pertarungan jalanan di sekolah St. George. Kemudian pertarunganku dengan dengan petinju Cina, murid perguruan Lung Chi Chuen di Union Road (Kowloon City). Walau mataku sembab, aku berhasil merontokkan semua giginya sampai pingsan. Saat itu aku memang gemar berkelahi.” Ungkap Lee pada Black Belt Megazine pada tahun 1967.

Pertualangan Lee di jalanan Hongkong berakhir ketika ia menghajar anak polisi Inggris dan pelaut asing pada acara Lantern Festival. Setelah kejadian di acara tersebut, demi menyelamatkan nyawa Lee, Hoi Chen dan ibu Lee, Grace Lee,mengajaknya berbicara dari hati ke hati. Hasil dari pembicaraan adalah mengirim Lee ke San Fransisco, Amerika.

Setelah sampai di Amerika, Lee bekerja paruh waktu pada sebuah restoran di San Fransinco dan melanjutkan studinya di Edison Technical School. Di sela-sela kesibukannya, ia masih meluangkan waktu untuk berlatih kungfu. Setelah lulus dari sana, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Washington dengan mengambil jurusan Filsafat. Lee sangat terobsesi untuk mengembangkan ilmu bela diri leluhurnya di Amerika.  Pada suatu kesempatan ia berhasil membuka dojo ‘Kungfu Institute’ dengan menyewa sebuah ruangan di San Fransisco. Mayoritas anak murid Lee adalah teman-teman kuliahnya. Di antara murid-muridnya ada Linda Emery yang kemudian  menjadi istrinya.

Selain mendirikan dojo, Lee juga sering menulis ulasan-ulasan tentang ilmu bela diri dan dimuat di media cetak lokal San Fransisco. Ia memiliki cara pandang sendiri terhadap Kungfu. Menurutnya Kungfu bukanlah bela diri yang bisa dipelajari dengan metode pengumpulan fakta seperti ilmu pengetahuan. Tapi merupakan sebuah seni yang mampu menetralisir efek serangan lawan, sekaligus meminimalisir penggunaan tenaga. Hal tersebut bisa terwujud jika pikiran terbebas dari nafsu dan emosi dan dilakukan dalam keadaan dalam penuh ketenangan.

Apa yang dikemukakan Lee merupakan hasil kompilasi ilmu yang ia peroleh dari guru-gurunya di Hongkong. Mayoritas pelajaran tersebut Lee peroleh dari master Yip Man. Yip Man selalu berpesan untuk bersikap tenang saat menghadapi lawan. Namun dalam praktek kesehariannya dimasa lalu, Lee gagal menerapkannya. Saat bertarung, Lee mengalami betapa sulitnya untuk mengaplikasikan ajaran Yip Man tersebut. Hal yang terlintas dalam benak Lee saat bertarung adalah bagaimana secepat mungkin untuk menjatuhkan lawan dan menang. Efek dari tindakan Lee ini dalam latihan, selain ia yang babak belur, luka lawannya lebih parah bahkan ada yang nyaris meregang nyawa.

***

Suatu kali, Yip Man pernah menskors Lee karena telah melukai rekan dojonya. Lee tidak diperbolehkan ikut latihan dan disuruh untuk merenungkan kembali prinsip dasar kungfu yang diajarkan Yip Man. Kesal karena tidak bisa latihan, Lee melampiaskan kekesalannya dengan memukul-mukul air laut. Pada saat itulah terlintas dalam pikirannya, bukankah air merupakan unsur dan hakekat dari kungfu? Air tidak pernah ‘terluka’ bila dipukul, karena air mampu menempati segala ruang. Meski halus dan tampak lemah, tetapi air sanggup menembus unsur-unsur yang keras di dunia ini. Pada saat itu, seekor burung terbang rendah melintasi permukaan laut, tapi air laut tetap saja bergelombang tenang. Lee menganalogikan bayangan burung di atas air laut tersebut sebagai pikiran dan emosi yang menggoda ketika menghadapi lawan. Dan pada saat itulah Lee menciptakan hakekat kungfunya sendiri, “aku ingin seperti air,” batin Lee.

Berangkat dari pemikiran tersebut dan pengalaman pertarungan jalanan saat hidup di Hongkong, Lee menciptakan sebuah bela diri yang bernama Jeet Kune Do. Menurut rumusan Lee, Jeet berarti menahan, menangkap, mengikuti. SedangkanKune berarti tinju atau kepalan tangan, dan Do berarti cara, jalan, atau realitas. Bentuk kungfu inilah yang diajarkan dan dikembangkan Lee di Amerika.

Proses penciptaan Jeet Kune Do tidak instan. Bela diri ini adalah hasil dari pengalaman Lee berproses selama bertahun-tahun disertai riset yang tekun. Lee memperkuat rumus Jeet Kune Do setelah melakukan pembacaan terhadap 200 lebih buku-buku bela diri dan kitab-kitab Budhist. Kelak setelah kematiannya, hasil riset itu dibukukan dengan judul Brucelee’s Fighting Method.  Banyak yang menilai bahwa Jeet Kune Do merupakan puncak dari keberhasilan Lee memperdalam kungfu aliran Zen. Jeet Kune Do juga merupakan bentuk nyata kritik tajam Lee kepada master Kungfu klasik yang menurutnya terlalu kaku dan tidak efisien.

“Tiada misteri dalam Jeet Kune Do. Gerakannya sangat mudah dipahami karena sangat sederhana, lansung, dan tidak klasik. Jadi, jika ada yang menyerangmu, pukul saja, jangan ikuti gerakan canggih yang tak perlu.” Ungkap Lee mengenai cara pengaplikasian Jeet Kune Do dalam kehidupan sehari-hari.

Lee merasa kungfu klasik terlalu terbatas dan harus diserasikan kembali dengan perkembangan zaman. “Ibarat mematung, seniman tidak akan menambah tanah liat, tapi akan memahat bagian-bagian yang tidak penting guna menemukan bentuk,” ungkap Lee saat menerangkan apa itu Jeet Kune Do. Bela diri hasil buah pikir Lee ini menjadi pembicaraan hingga sekarang. Aktor Hollywood seperti James Coburn, Steve McQueen, Charles Bronson, hingga master Chuck Norris sempat menjadi muridnya Bruce Lee.

Perkembangan Jeet Kune Do sebagai ilmu bela diri yang lebih ‘canggih’ dari kungfu yang telah ada, bukan hanya mengundang pengikut tapi juga para penantang yang ingin menguji kehebatannya. Mendengar kabar tersebut, Lee mengundang master-master bela diri yang ingin menguji kemampuannya. Lee mengundang mereka ke dojonya. Tak tanggung-tanggung, Lee dan muridnya menghelat penyambutan tersebut dalam bentuk seminar bela diri dan dihadiri ribuan orang. Pada acara tersebut Lee mengenalkan salah satu signature Jeet Kune Do yang fenomenal yaitu One Inch Punch yang mampu membuat lawan terpental jauh.

Pada acara tersebut Lee menjadikan aktor laga James Coburn sebagai bahan eksperimen. James berdiri tegak dengan mengenakan pelindung dada, sementara Lee mengambil ancang-ancang di depannya. Lee mengambil posisi dengan kaki kanan di depan, dan tangannya mengepal dalam jarak kira-kira tiga jari di depan dada Coburn.

“Saya tak bisa  menceritakan bagaimana kejadiannya. Pokoknya, Lee memukul dengan kecepatan yang sulit diikuti mata dan saya terpental ke belakang, lalu jatuh tersungkur di sudut ruang bersama kursi yang diletakkan dibelakang untuk menahan tubuh saya. Benar-benar luar biasa”, ucap Coburn menceritakan pengalamannya menerima jurus One Inch Punch-nya Bruce Lee.

***

Sebelum menjadi fenomena dan populer di kalangan selebritis Hollywood, Lee sudah lebih dulu dikenal lewat aktingnya di serial ‘The Green Hornet’ yang tayang di TV ABC pada tahun 1966. Kendati serial tersebut tak berhasil menduduki rating teratas di Amerika, Lee yang berperan sebagai Kato, cukup menarik perhatian. Lee mulai menyadari keberadaannya menarik perhatian setelah menjadi pemeran utama pada film Fist of Fury. Ia mulai diburu penggemar untuk dimintai berfoto dan tandatangannya.

Di buku hariannya Lee menulis begini:

“Aku, Bruce Lee, akan menjadi superstar oriental pertama dengan honor termahal di Amerika. Aku akan memberikan penampilan dengan kualitas yang terbaik dalam kapasitasku sebagai aktor. Mulai tahun 1970, aku akan terkenal di seluruh dunia.”

Setelah membintangi film Big Boss (1971), popularitas Lee semakin melambung. Dalam pemutaran selama 19 hari dibioskop Hongkong, Big Boss meraup pundi-pundi sebanyak 3.5 juta dolar AS. Film ini juga memcahkan rekor tertinggi yang diperoleh oleh Sound of Music yang mencatat penghasilan 2,3 juta dolar AS dalam 9 pekan.

Sampailah Lee pada puncak popularitasnya ketika membintangi film layar lebar Enter The Dragon dan The Way of the Dragon  (dua film ini juga melahirkan dua bintang laga baru, yaitu Jim Kelly dan Chuck Norris).

Pengaruh film yang dibintangi Lee efeknya sangat luas. Nuncaku yang digunakan Lee dalam ‘sirkusnya’ di film-filmnya  mampu membuat omset pedagang senjata di Amerika merosot. Hal ini disebabkan karena gangster-gangster Amerika dimasa itu pada beralih menggunakan Nuncaku. Kostum kuning bis hitam yang ia kenakan ketika bertarung melawan Karim Abdul Jabbar pada film Game of Death laku keras di pasar Amerika dan belahan dunia. Ayah saya yang menekuni bela diri juga pernah memakainya sambil memainkan Nuncaku. Berpose telanjang dada sambil menirukan ekspresi Bruce Lee di film Enter the Dragon.

Pada film-film yang dibintangi Lee tersebut, ia juga sudah memunculkan apa yang kita kenal sekarang dengan istilah mix martial art. Pada sebuah adegan di film Enter the Dragon, Lee sedang berada di tengah gelanggang pertarungan. Ia memakai sarung tangan tinju, mengenakan celana pendek boxing dan melakukan pertarungan tanpa aturan, Free Fighter. Kemudian pada adegan lain difilm tersebut Lee memperagakan kuncian Rear Naked Choke yang sering digunakan atlet-atlet UFC untuk melumpuhkan lawannya. Hanya saja saat itu masyarakat masih mengenalnya dengan jurus kungfu Bruce Lee. Belum ada pengelompokan spesifik seperti sekarang. Jadi tidak berlebihan rasanya jika Dana White mengatakan bahwa Bruce Lee sebagai God Father mix martial art-nya dunia.

Di puncak popularitasnya, Lee meninggal secara misterius pada 20 Juli 1973. Kabar kematian Lee mengejutkan dunia. Upacara pemakaman jenazah Lee dihadiri 30.000 orang. Linda Lee memutuskan mengubur suaminya di Seattle, Amerika.

Bruce Lee telah menjelma menjadi legenda, warisannya hidup sampai kini. Popularitasnya,  sedikit banyaknya, merupakan buah  dari kebengalan, gairah untuk merombak ilmu beladiri yang sudah mapan, serta ketekunan dalam melakukan riset. Jeet Kune Do, ilmu bela diri yang diciptakannya, tidak hanya berhasil merevolusi bentuk dan pengaplikasian bela diri namun juga membuka jalan untuk kita mengenal master bela diri campuran di era sekarang. Sebut saja Charles Oliviera, Khabib Nurmagomedov, George Saint Pierce, Jone Jones dan Anderson Silva. (*)

Ilustrasi @teawithami

 

 

 

 

 

 

Related posts
Artikel

Biennale yang Dikecam, Diamuk, dan Dirindukan: Telaah Arsip 50 Tahun Jakarta Biennale (Bagian Pertama) 

Artikel

Apakah Kita Masih Perlu Partai Hari Ini?

Artikel

“Mahaden”: Menjembatani Subjek dan Etnografi

Artikel

Orkes Taman Bunga dan Narasi Timpang WTBOS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *